Selasa, 09 Juni 2015

DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA NIFAS DAN PENANGANNYA


Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
a.    PERDARAHAN PERVAGINAM
 Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai defenisi ini :
o   Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
o   Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
o   Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Ø  Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
Ø  Pendarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di 2 jam pertama. Kalau terjadi pendarahan maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun, denyut nadi ibu menjadi cepat.
1). Klasifikasi klinis
Ø Pendarahan pasca persalinan primer yakni pendarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab: atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.
Ø Perdarahn pasca persalinan skunder, yakni pendarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Ø Penyebab: robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

2). Etiologi dan  faktor  perdisposisi
Penyebab pendarahan pasca salin ada beberapa sebab antara lain:
Ø  Atonia uteri (> 75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
Ø  Robekan (laserasi, luka)  jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jaln lahir bisa di sebabkan oleh robekan
Ø  Spontan atau memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat terjadi ditempat:Robekan serviks, perlukaan vagina, perlukaan perineum.
Ø  Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik sebagian atau seluruhnya)
Ø  Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)
Ø  Gangguan pembekuan darah (koagulopati)

3).  Penanganan umum
Ø  Hentikan pendarahan
Ø  Cegah atau atasi syok
Ø  Ganti darah yang hilang: diberi infus cairan ( larutan garam fisiologis, dan sebagainya, kalau perlu oksigen ).

b.       INFEKSI MASA NIFAS
                Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan. Kenaikan suhu sampai 38 derajat serius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
v  Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah:
-          Kuman anaerob : kokus gram positif (pespoptreptokok, peptokok, bakteriodes & clostridium)
-          Kuman aerob : gram positif & E coli.
v  Faktor perdisposisi
-          Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh
-          Partus lama dengan ketuban pecah lama
-          Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
-          Teknik aseptik yang tidak baik dan benar
-          Pemeriksaan vagina selama persalinan
-          Manipulasi intra uterus
-          Trauma/luka terbuka
-          Hematom & hemoragi(darah hilang lebih dari 1000ml)
-          Perawatan perineum yang tidak tepat
-          Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani

v  Patofisiologi
-             Setelah  kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan  sebuah luka dengan diameter 4 cm. Permukaannya tidak rata berbenjol-benjol terkena banyaknya vena yang di tutupi trombus.
-             Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman & masuknya jenis yang patogen dalam tubuh wanita.
-             Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian vulva, vagina & perineum, yang merupakan tempat masuknya kuman patogen.
v  Infeksi Masa Nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks & endometrium
Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena, melalui jalan limfe & melalui permukaan endometrium.
Tanda & Gejala
Infeksi akut di tandai dengan demam, sakit di daerah infeksi berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbrntuk:
-          Infeksi lokal
Pembengkakn luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaranlochia bercampur nanah, temperatur badan meningkat.
-       Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, tekanan darah menurun, pernafasan meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor.
v  Faktor Perdisposisi terjadinya infeksi yaitu:
-             Persalinan yang berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
-             Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
-             Ketuban pecah dini
-             Keadaan umum yang menurun
v  Pencegahan
a)      Lakukan mobilisasi dini sehingga darah lochea keluar dengan lancar
b)     Perlukaan dirawat dengan baik
c)      Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial.

c.       SAKIT KEPALA NYERI EPIGASTRIK, PENGLIHATAN KABUR
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur. Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi
Penanganan :
o   Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
o   Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit.
o   Jika pasien tidak sadar/ koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.

d.       PEMBENGKAKAN DI WAJAH ATAU EKSTERMITAS
v  Periksa adanya varises
v  Periksa kemerahan pada betis
v  Periksa apakah tulang kering,pergelangan kaki, kaki oedema (perhatikan adanya oedema pitting)
e.       DEMAM, MUNTAH, RASA SAKIT WAKTU BERKEMIH
v  Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya .
v  Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih.

f.        PAYUDARA YANG BERUBAH MENJADI MERAH, PANAS, dan TERASA SAKIT.
Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. B.H yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala :
• Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal.
• Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
• Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)
• Panas badan dan rasa sakit umum.
Pencegahan :
1.       Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar
2.       Menyusui bayi tanpa jadwal (  on demand )
3.       Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4.       Jangan memberikan minuman lain pada bayi sebelum bayi umur 6 bulan
5.       Lakukan perawatan payudara ( Berast Care )
Penatalaksanaan :
Ø   Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada payudara yang normal.
Ø   Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang terkena.
Ø   Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position)
Ø   Pakailah baju B. H yang longgar
Ø   Istirahat yang cukup , makanan yang bergizi
Ø   Banyak minum sekitar 2 liter per hari
Ø   Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi apabila dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidaka da perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.

g.       KEHILANGAN NAFSU MAKAN DALAM WAKTU YANG LAMA
Sesudah anak lahir, ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas memberikan minuman atau makanan untuk ibu yang bersifat ringan. Biasanya ibu tidak ingin makan sampai kehilangan nafsu makan disebabkan adanya kelelahan yang amat berat sehingga nafsu makan pun tergangggu. Kelelahan yang sangat berat inilah yang mengganggu nafsu makan ibu pada nifas. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaan kembali.
Penyebab Hilangnya nafsu makan ibu :
1.       Post Partum blues
2.       Kurangnya dukungan keluarga ( terutama suami )
3.       Ibu mengidap suatu penyakit dalam pencernaan atau anggota tubuh
4.       Keadaan ekonomi yang tidak mendukung
5.       Kurang istirahat
Penatalaksanaan :
Ø  Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri
Ø  Anjurkan ibu untuk makan makanan yang segar dan bervariasi setiap hari yaitu :
-          Makanan yang mengandung sumber protein nabati dan hewani seperti : daging, telur, kacang-kacangan, ayam, dll
-          Makanan sumber karbohidrat, seperti : beras, jagung, kentang, ubi, dll
-          Sayuran, seperti : bayam, kangkung,dll dan buah –buahan seperti jeruk, pisang, papaya, dll
Ø  Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering
Ø  Anjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah

h.       RASA SAKIT, MERAH, LUNAK dan PEMBENGKAKAN DI KAKI
v  Rasa sakit
Rasa sakit yang disebut after pain ( mules – mules ) disebabkan kontraksi Rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat pengurang rasa sakit.
v  Kemerahan
Kemerahan pada ibu nifas disebabkan karena pada ibu nifas terbentuk thrombus ( munculnya ) vena – vena kecil yang mengalami pengembangan. Selain itu, vena – vena juga mengalami dilatasi ( pembukaan ) sehingga sering terjadinya pembengkakan tersebut, maka akan tampak kaki kemerah-merahan serta lunak dan menimbulkan sedikit rasa sakit pada kaki, atau disebabkan pada saat persalinan, kandung kemih tidak dikosongkan sehingga cairan tersebut turun kebagian lateral / kaki.
v  Nyeri tekan
Selama masa nifas , dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi dan mungkin lebih sering mengalaminya. Rasa sakit yang berlebihan pada masa nifas berkemungkinan besar jika pada masa kehamilan ibu juga mengalaminya.
Factor Predisposisi, yaitu :
1.       Obesitas
2.       Peningkatan umur ibu dan tingginya paritas
3.       Riwayat sebelumnya
4.       Anastesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada pembuluh vena
5.       Anemia Maternal
6.       Hipotermi , penyakit jantung
7.       Endometritis
8.       Varicositis
Tanda – tanda dan gejala yang timbul :
a.       Timbul secara akut
b.       Timbul rasa nyeri akibat tertekan ( nyeri tekan permukaan )
v  Pembengkakan pada kaki
Kaki bengkak ( ankle edema ) adalah pembengkakan pada tungkai bawah yang disebabkan penumpukan cairan pada kaki tersebut. Factor yang berperan adalah kadar protein ( albumin ) dalam darah rendah, fungsi pompa jantung menurun, sumbatan pembuluh darah atau pembuluh limfe, penyakit liver dan ginjal kronis, posisi tungkai terlalu lama tergantung.

i.         MERASA SEDIH ATAU TIDAK MAMPU MENGASUH SENDIRI BAYINYA DAN DIRINYA SENDIRI
Pada minggu – minggu awal setelah persalinan, ibi post partum cenderung akan mengalami perasaan – perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.
Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas,kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Penanganan :
-          Posisi tidur yang baik
-          Menganjurkan ibu untuk senam nifas akan mencegah pembengkan pada kaki
-          Memberikan dukungan emosional kepada ibu serta keluarganya

PROGRAM TINDAK LANJUT ASUHAN NIFAS DI RUMAH


Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis baik ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama. Demikian halnya dengan masa neonatus juga merupakan masa krisis dari kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelah persalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir.

Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas
Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 x. Adapun tujuan kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi pada masa nifas. Kunjungan rumah memiliki keuntungan sebagai berikut: bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang alami dan aman serta bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang ada, keamanan dan lingkungan di rumah. Sedangkan keterbatasan dari kunjungan rumah adalah memerlukan biaya yang banyak, jumlah bidan terbatas dan kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.
Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi:
Kunjungan I (6-8 jam postpartum).
Kunjungan II (6 hari postpartum).
Kunjungan III (2 minggu postpartum).
Kunjungan IV (6 minggu postpartum).
Kunjungan I (6-8 jam postpartum)
Kunjungan I (6-8 jam postpartum) meliputi:
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Pemberian ASI awal.
Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan karena atonia uteri.
Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Kunjungan II (6 hari postpartum)
Kunjungan II (6 hari postpartum) meliputi:
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tunggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
Kunjungan III (2 minggu postpartum)
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
Kunjungan IV (6 minggu postpartum)
Kunjungan IV (6 minggu postpartum) meliputi:
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
Asuhan Lanjutan Masa Nifas Di Rumah
Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada masa nifas di rumah meliputi:
Asuhan postpartum di rumah berfokus pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Pemberian asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga dilakukan dalam suasana rileks dan kekeluargaan.
Perencanaan kunjungan rumah.
Keamanan
Perencanaan kunjungan rumah meliputi:
Kunjungan rumah tidak lebih 24-48 jam setelah pasien pulang.
Memastikan keluarga sudah mengetahui rencana kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan telah direncanakan bersama.
Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
Merencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat serta perlengkapan yang digunakan.
Memikirkan cara untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan baik dengan keluarga.
Melakukan tindakan yang sesuai standar pelayanan kebidanan dalam pemberian asuhan.
Membuat pendokumentasian hasil kunjungan.
Meyediakan sarana telepon untuk tindak lanjut asuhan.
Keamanan pada saat kunjungan rumah meliputi:
Mengetahui alamat lengkap pasien dengan jelas.
Menggambar rute alamat pasien.
Memperhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah pasien sebelum kunjungan.
Memberitahu rekan kerja ketika melakukan kunjungan.
Membawa telepon selular sebagi alat komunikasi.
Membawa cukup uang.
Menyediakan senter (kunjungan malam hari).
Memakai tanda pengenal dan mengenakan pakaian yang sopan.
Waspada pada bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja yang ada selama kunjungan.
Menunjukkan perasaan menghargai di setiap kesempatan.
Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri kunjungan.
Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah
Pelaksanaan asuhan nifas meliputi:
Ibu baru pulang dari rumah sakit.
Kunjungan postnatal rutin.
Pengamatan psikologi ibu.
Ibu baru pulang dari RS
Ibu baru pulang dari RS meliputi:
Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga.
Bidan memberikan informasi tentang ringkasan proses persalinan, hasil dan info lain yang relevan.
Mengulang kembali bilamana perlu.
Kunjungan postnatal rutin
Kunjungan postnatal rutin meliputi:
Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.
Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir.
Mengajarkan ibu untuk merawat diri.
Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan realistis.
Bidan harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi.
Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah.
Pengamatan pada psikologi ibu
Bidan melakukan pengamatan pada psikologi ibu, meliputi:
Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas.
Bidan mengobservasi perilaku keluarga.
Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dan keluarga.
Memberikan dukungan.
Melakukan dokumentasi pasca kunjungan.
Perencanaan skrining test.
Memberikan penyuluhan sehubungan dengan kebutuhan pada masa nifas.
Pendidikan Kesehatan Masa Nifas
Pendidikan kesehatan masa nifas meliputi:
Gizi.
Kebersihan diri/ bayi.
Istirahat/ tidur.
Pemberian ASI.
Latihan/ senam nifas.
Hubungan seks dan keluarga berencana.
Tanda-tanda bahaya selama masa nifas.
Gizi
Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit).
Kebersihan diri
Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain: menganjurkan kebersihan seluruh tubuh; mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin; menyarankan ibu untuk mengganti pembalut; menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin; jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat / tidur
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi: menganjurkan ibu untuk cukup istirahat; menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan; menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri.
Pemberian ASI
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bermanfaat, karena pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan KIE tentang proses laktasi dan ASI; mengajarkan cara perawatan payudara.
Latihan/ senam nifas
Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi: mendiskusikan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal; menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat bantu mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal.
Hubungan seks dan Keluarga Berencana
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu: hubungan seks dan KB dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu sudah merasa nyaman; keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada pasangan yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat kontrasepsi KB.
Tanda-tanda bahaya masa nifas
Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi: berikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas. Tanda bahaya berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal, sakit daerah abdomen/punggung, sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati, bengkak pada ekstremitas, demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan pada payudara, nyeri/kemerahan pada betis, depresi postpartum.

Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi  baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status ggizinya kurang biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting , karena bayi akan tumbuh sempurna  sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.
1.      Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750  kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus  ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya  sebesar 700 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya 80-90 % maka energy dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar 400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan ibu  akan kembali normal dengan cepat.

2.      Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein  di atas normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi,  vitamin C, B1, B2, B12, dan D
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :
a.       Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b.      Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
c.       Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
d.      Mengonsumsi tablet zat besi
e.       Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya.

Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk  selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
1.      Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
2.      Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
3.      Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya.
4.      Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.

Ambulasi dini dilakukan secara perlahan  namun meningkat secara berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.

Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan  infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi  post partum.
Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.

Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
1.      Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu  untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi.
2.      Membersihakan daerah kelamin dengan sabun  dan air, yaitu dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.
3.      Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
4.      Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan
5.      Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk  menyentuh daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.
2.5 Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum  akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
1.      Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2.      Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3.      Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri.

Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga  secara perlahan dan bertahap.  Namun harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.

 Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.

Latihan / Senam Nifas
Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal). Berikut ini ada beberapa contoh gerakan  yang dapat dilakukan saat senam nifas :
1.      Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
2.      Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Roleks selama 10 hitungan.
3.      Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil mengerutkan  otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
4.      Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas sambil menahan otot perut. Lakukan  gerakan sebanyak  15 kali hitungan, bergantian  dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
5.      Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan  gerakan sebanyak 15 kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat hidung, keluarkan lewat mulut.
6.      Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitugan.

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU DALAM MASA NIFAS


1.     ADAFTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS
Adaptasi psikologis masa nifas merupakan suatu proses adptasi dari seorang ibu post partum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive dalam sgala hal, terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis. Dorongan serta prhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu. Dalam mnjalani adaptasi  setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase- fase sebagai berikut :
1.        Fase taking in
Merupakan periode ktergantungan yang berkelanjutan dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Fokus perhatian pada dirinya sendiri, nafsu makan meningkat, cenderung pasif pada lingkungannya.
2.      Fase taking hold
Berlangsung antara hari ke 3 – 10 post partum. Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannnya dalam merawat bayi serta mudah tersinggung. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara karena pada fase ini seiring dengan terjadinnya post partum blues. Pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberi penyuluhan.
3.      Letting go
Berlangsung stelah 10 hari melahirkan. Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran baru sebagai seorang ibu.


2.     POST PARTUM BLUES
·        Postpartum blues merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya.
·        Dimana ibu mengalami kesedihan pasca melahirkan. Postpartum blues pada umumnya terjadi sekitar hari ke 3 hingga ke 5 post partum.
·        Post partum blues merupakan gangguan psikologis yang dialami ibu pasca melahirkan ini dialami 80% pada wanita.
·        Penyebab yang menonjol adalah :
1.       Kekecewaan emosional yaitu ketakutan yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
2.       Rasa sakit pada masa nifas.
3.      Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan.
4.      Kecemasan Ketidak mampuan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit.
5.      Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
·        Gejala-gejalanya antara lain :
a.      Sangat emosuonal
b.      Sedih
c.       Kurang percaya diri
d.      Mudah tersinggung
e.      Menangis tanpa sebab jelas
f.        Sangat kelelahan
g.      Tidak sabaran, terlalu sensitive, mudah marah dan gelisah.

3.     KESEDIHAN DAN DUKA CITA
a.      Definisi Kehilangan
·        Kehilangan (loss) adalah suatu setuasi actual maupun potensial yang dapat dialami oleh individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau seluruhnya, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga  terjadi perasaan kehilangan.
·        Kehilangan menurut Corr, Nabe 1996, adalah sebuah kondisi ketercabutan atau merasa ada sesuatu yang hilang. Atau secara konseptual kehilangan merupakan reaksi individu terhadap kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Dalam konteks ini kehilangan dapat terjadi tidak hanya atas kematian saja, tetapi juga ketika terjadi komplikasi dalam persalinan dan ibu tidak mengantisipasi sebelumnya atau ketika bayi yang dilahirkan tidak sesuai dengan harapan orang tua.
·        Sedangkan definisi menurut Davies, 1998. Kehilangan adalah reaksi normal ketika mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai.

b.      Jenis Kehilangan
1)      Kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam)
2)      Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat dirumah sakit, atau berpindah pekerjaan)
3)     Kehilan sesuatu atau seseorang yang berarti (misalnya pekerjaan, kepergian anggota keluarga  atau tema dekat atau binatang peliharaan)
4)     Kehilangan sesuatu aspek (misalnya anggota tubuh atau fungsi psikologis atau fisik)
5)     Kehilangan hidup (kehilangan anggota keluarga atau teman dekat)


c.       Tanda dan gejala berduka (Alimul, 2006)
1)      Efek fisik
-          Letih
-          Selera makan hilang
-          Kurang tenaga
-          Berat badan menurun/ meningkat
-          Nyeri kepala
-          Pandangan kabur
-          Sulit bernapas
-          Lengan gatal
-          Gelisa
2)      Efek emosional dan atau suatu psikologis
-          Menyangkal
-          Rasa bersalah
-          Marah
-          Benci/ getir
-          Depresi
-          Sedih
-          Merasa gatal
-          Konsentrasi pada masalah
-          Gagal menerima kenyataan
-          Terpaku pada kematian
-          Konfusi waktu
-          Iritabilitas (mudah tersinggung)
3)     Efek sosial
-          Menarik diri dari aktivitas  sosial
-          Isolasi (emotional dan fisik) dari pasangan, keluarga, atau teman-teman.
Duka merupakan respon individu terhadap lingkungan (Nabe and Corr, 1996). Duka akan termanifestasi dalam beberapa cara :
§  Persaan : sedih, marah, merasa bersalah, cemas merasa kesepian, lelah tidak berdaya, syok hasrat kerinduan mati rasa.
§  Sensasi fisik : tnggorokan atau dada tercekat. Oversensitif terhadap suara nafas pendek, kehilanagan energi, lelah otot, mulut kering, koordinasi.
§  Perubahaan prilaku : gangguan tidur atau makan, linglung, menarik diri dari lingkungan, kehilangan minat atas sesuatu yang awalnya sangat digemari, bermimpi mengenai almarhum, menangis, menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan almarhum, keluh kisah, gelisah.
§  Perubahan kognitif : tidak percaya, bingung merasa bahwa almarhum hadir terus menerus.
§  Kesulitan bersosialisasi : bermasalah dalam membina hubungan atau memfungsukan diri terhadap aturan-aturan sosial.
§  Pencarian spiritual : mencari tahu apa arti dibalik kejadian. Marah kepada tuhan.

d.      Duka dan kehilangan saat masa nifas
Salah satu keadaan yang menyebabkan duka pada ibu nifas adalah SIDS (Sudden Infant Death Syndrom). Keadaan ini juga terjadi pada ibu masa refroduksi, karena SIDS adalah kematian bayi yang begitu cepat saat bayi berumur satu bulan sampai satu tahun. Penyebab SIDS diantaranya : hipertermia infeksi, penyakit jantung, kelainan metabolisme, ddl. SIDS dapat menyebabkan proses duka dan kehilangan pada ibu, ibu ibu akan teringat masa-masa ketika bayinya hidup. Dalam keadaan ibu ini sangat membutuhkan perhatian motivasi dari orang lain, dalam hal ini peran bidan sangat dibutuhkan.

e.      Peran bidan
Dalam penelitiannya tentang wanita dan keluarganya yang mengalami kematian dan kehilangan pada masa perintal, Swanson-Kauffman (1986, 1988, 1990) mengidentifikasi suatu kerangka kerja teoritis rentanf tentang memberi perhatian (caring) Kepada orang yang berkabung. Dalam kerangka kerja ini mengidentifikasi lima komponen dalam konsep memberi perhatian :
-          Mengetahui (knowling)
-          Bersama dengan (being with)
-          Melakukan untuk (doing for)
-          Memampukan (enabling)
-          Mempertahankan keyakinan (maintaining belief)

1)      Mengetahui
Dalam konsep ini bidan menggunakan waktu untuk mengajukan pertanyaan kepada individu untuk memahami apa yang dimaksud dengan kehilangan dan arti kehilangan tersebut bagi wanita dan keluarganya.

2)      Bersama dengan
Konsep ini merupakan cara bidan menerima wanita dan keluarganya, dengan cara bidan memahami berbagai persaan dan persepsi yang dialami setiap anggota keluarga.

3)     Melakukan untuk
Konsep ini mengacu pada kegiatan yang dilakukan bidan, yang meliputi perawaan fisik, kenyamanan dan keamanan wanita dan keluarganya, kegiatan ini meliputi : menawarkan obat-obat penghilang rasa nyeri, duduk berendam (sitz bath), mempertahankan kepatenan infusi, melakukan pemeriksaan post partum, dan lain-lain.

4)     Memapukan
Konsep ini mengacu pada upaya bidan menawarkan pilihan perawatan kepada wanita dan keluarganya, pemberian informasi, bimbingan antisipasi, pilihan dalam mengambil keputusan dan dukungan selama perawatan dirumah sakit dan perawatan setelah dirumah sakit akan membantu keluarga tersebut merasa lebih dapat mengendalikan situasi saat mereka tidak memiliki atau kehilangan kendali. Konsep ini meningkatkan  harga diri mereka, membuat mereka merasa lebih nyaman untuk bertanya tentang pilihan yang didasarkan pada kebutuhan rasa untuk melupakan kenangan mereka.

5)     Mempertahankan keyakinan
Konsep ini mengacu pada upaya bidan mendorong wanita dan keluarganya untuk mempercayai kemampuan mereka sendiri dalam mengumpulkan  kekuatan mereka dan berusaha untuk pulih. Bidan meluangkan waktu dengan keluarga tersebut, mempelajari kekuatan dan kemampuan mereka.

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA KEHAMILAN


Masa nifas ( Puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Masa nifas merupakan masa yang diawali setelah lahirnya plasenta dan berahir setelah 6 minggu post partum yang memerlukan penangan secara aktif.
PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI
1. Involusi
a. Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
b. Proses involusi uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya Autolisis.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1). Autolysis
Autolysis merupakan proses pengahancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2). Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
3). Efek Oksitoksin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskuler segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.
c. Bagian Bekas Implantasi Plasenta
1). Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2). Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3). Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
4). Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokia.
5). Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
6). Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum.
d. Perubahan-perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara :
1). Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusatdan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
2). Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5-7 tinggi undus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba.
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta / perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage).
2. Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.
Proses keluarnya lochea terdiri atas 4 tahapan :
a. Lochea Rubra / Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c. Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robeka/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.
d. Lochea Alba / Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.
Lochea rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta. Lochea serosa atau alba yang berlanjut bisa menandakan adanya endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit atau nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak lancer disebut dengan lochea statis.
3. Cervik
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin.
Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.
5. Perineum
Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pulihnya tonus otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu postpartum. Latihan senam nifas baik untuk mempertahankan elastisitas otot perineum dan organ-organ reproduksi lainnya. Luka episiotomi akan sembuh dalam 7 hari postpartum. Bila terjadi infeksi, luka episiotomi akan terasa nyeri, panas, merah dan bengkak.
B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAAN
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan , haemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain.

C. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kadang-kadang oedema dari trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih masih tertinggal urine residual (normal +15cc).
Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi reter dan pyelum normal kembali dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.

D. PERUBAHAN SISTIM MUSCULOSKELETAL
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

E. PERUBAHAN ENDOKRIN
1. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
2. Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama an ovulasi.

F. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL
1. Suhu Badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5˚C–38˚C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain. Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38OC pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x sehari.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi nifas (puerperal bradycardia). Hal ini terjadi segera setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak per menit. Sudah banyak alasan - alasan yang diberikan sebagai kemungkinan peyebab, tetapi belum satupun yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
3. Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.


4. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.

G. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria haemokonentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kodis pada penderita vitium cordia. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke tiga sampai lima hari post Partum.

H. PERUBAHAN HEMATOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3 - 7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4 - 5 minggu postpartum.