Senin, 01 Juni 2015

PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS DALAM MASA KEHAMILAN


A.   Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu Hamil Trimester I

Trimester pertama disebut sebagai masa penentuan dan sering merupakan masa kekhawatiran. Segera setelah tejadi perubahan, hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya rasa mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali pada awal kehamilannya ibu berharap untuk tidak hamil.

Pada trimester pertama seorang ibu akan mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya.

Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada wanita hamil trimester pertama ini berbeda-beda. Walaupun beberapa wanita mengalami kegairahan seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa kebutuhan untuk dicinta dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama.

     Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya. Ada pula pria yang hasrat seksnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping respon yang diperhatikannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan ini dan menerimanya.Perubahan psikologis pada trimester I disebabkan karena adaptasi tubuh terhadap peningkatan hormon progesteron dan estrogen.

Perubahan Psikologis pada Trimester Pertama, Segera setelah konsepsi kadar hormone progesterone dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Kondisi ini membuat para ibu hamil merasa tidak sehat dan sering membenci kehamilan sehingga mempengaruhi kehidupan psikologis ibu.

Pada trimester pertama seringkali timbul kecemasan dan rasa kebahagiaan bercampur keraguan dengan kehamilannya antara ya atau tidak, terjadi fluktuasi emosi sehingga beresiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman, adanya perubahan hormonal, dan morning sickness. Diperkirakan ada 80% ibu-ibu mengalami perubhan psikologis, seperti rasa kecewa, sikap penolakan, cemas dan rasa sedih.

    Ketidakyakinan atau Ketidakpastian

Awal minggu kehamilan, ibu sering merasa tidak yakin dengan kehamilannya. Setiap wanita memiliki tingkat reaksi yang bervariasi terhadap ketidakyakinan kehamilannya dan terus berusaha untuk mencari kepastian bahwa dirinya hamil. Kondisi ini mendorong dia semakin takut atas kehamilan yang terjadi, bahkan sebagian dari mereka berharap tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa dirinya tidak hamil.

    Ambivalen

Ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau keadaan. Setiap wanita hamil memiliki sedikit rasa ambivalen dalam dirinya selama masa kehamilan. Ambivalen merupakan respon normal individu ketika akan memasuki suatu peran baru. Beberapa wanita merasa kondisi ini tidak nyata dan bukanlah saat tepat untuk hamil, walaupun hal ini telah direncanakan atau diidamkan sebelumnya.

Wanita yang sudah merencanakan hamil sering berfikir bahwa dirinya membutuhkan waktu yang lama untuk menerima kehamilan, sehingga merasa khawatir dengan bertambahnya tanggung jawab dan perasaan akan ketidakmampuannya untuk menjadi orangtua yang baik, serta takut jika kehamilan ini akan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.

Beberapa factor yang menyebabkan perasaan ambivalensi pada ibu-ibu hamil ialah menyangkut pada perubahan kondisi dirinya sendiri, berusaha untuk menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk, terutama bagi ibu-ibu yang pernah mengalami sebelumnya, dampak dari kehamilan terhadap kehidupannya kelak (terutama bagi ibu-ibu yang bekerja atau memiliki karir), perubahan terhadap tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya dan kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya menjadi ibu, masalah keuangan dan sikap penerimaan dari orang-orang terdekat selama kehamilanya.

    Perubahan Seksual

Selama trimester pertama seringkali keinginan seksual wanita menurun. Factor penyebabnya berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga mendorong kedua pasangan untuk menghindari aktivitas seks. Apalagi jika wanita tersebut sebelumnya pernah mengalami keguguran. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan jika pun terjadi diantara mereka harus terlebih dahulu berkomunikasi sebelum melakukannya. Kondisi ini terkadang digunakan suami untuk memberikan kebutuhan kasih saying yang besar dan cinta kasih tanpa seks.

    Fokus pada Diri Sendiri

Awal kehamilan, pusat pikiran ibu berfokus pada dirinya sendiri, bukan pada janin. Ibu merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri ibu. Kondisi ini mendorong ibu-ibu hamil untuk menghentikan rutinitasnya yang penuh tuntutan social dan tekanan agar dapat menikmati waktu kosong tanpa beban sehingga sebagian besar dari ibu banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur.

    Perubahan Emosional

Perubahan emosional pada trimester I ditandai dengan adanya penurunan kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan suasana hati, seperti depresi atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik.

    Goncangan Psikologis

Kejadian goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan lebih tertuju pada kehamilan pertama. Menurut Kumar dan Robson (1978) diperkirakan ada sekitar 12% wanita yang mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang ingin menggugurkan kandungan. Perubahan psikologis yang terjadi pada fase kehamilan trimester pertama lebih banyak berasal pada pencapaian peran sebagai ibu.

Kehamilan pada trimester pertama cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui seorang ibu dalam mencapai perannya (taking on stage). Ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya memang hamil, sehingga dia lebih memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Perutnya yang masih kecil dinilai sebagai rahasia seorang ibu yang akan diberitahukannya kepada suaminya.

    Stres

Kemungkinan stress yang terjadi pada kehamilan trimester pertama bias berdampak negative dan positif, dimana kedua stress ini dapat memengaruhi perilaku ibu. Terkadang stress tersebut bersifat intrinsic dan ekstrinsik. Stress intrinsic berhubungan dengan tujuan pribadi ibu, dimana dia berusaha untuk membuat sesempurna mungkin kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Stress ekstrinsik timbul karena factor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.

Menurut Burnard (1991) stress selama masa reproduksi berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengatasi stress, stress yang bersumber dari pihak lain, stress yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan social. Stress seorang ibu hamil yang berasal dari dalam diri berkenaan dengan perasaan gelisah terhadap kemampuannya untuk bisa beradaptasi dengan kondisi kehamilannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan psikologis yang terjadi pada trimester pertama ialah (a) merasa tidak sehat dan benci kehamilannya, (b) selalu memperhatikan setiap perubahan pada tubuhnya, (c) mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya sedang hamil, (d) mengalami gairah seksual yang lebih tinggi tetapi energi libidonya menurun, (e) rasa khawatir atas kehilangan penampilan bentuk tubuh, (f) membutuhkan sikap penerimaan atas kehamilannya dari anggota keluarga besarnya dan (g) adanya ketidakstabilan emosi dan suasana hati (Sulistyawati, 2009).

    Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu HamilTrimester II

Trimester II sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun sudah berkurang. Perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.

Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan nafsu makan ibusudah kembali seperti biasa. Kebanyakan wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, hampir 80% wanita hamil mengalami peningkatan dalam hubungan seks dibandingkan pada trimester pertama dan sebelum kehamilan. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik, ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor ini berperan pada meningkatnya libido dan kepuasan seks.

Ibu merasa bahwa bayi yang dikandungnya  sebagai individu yang  merupakan bagian dari dirinya, kesadaran yang baru ini menimbulkan perubahan dalam memusatkan dirinya ke bayinya. Pada saat ini jenis kelamin bayi tidak begitu penting, perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan kehadirannya dalam keluarga.

Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau yang baru menjadi ibu dan ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran baru. Tubuh ibu sudah beradaptasi dengan kadar hormon yang lebih tinggi, sehingga merasa lebih sehat dibandingkan dengan trimester I.

Perubahan psikologis pada trimester kedua, secara umum periode trimester kedua dikelompokkan menjadi dua fase, yakni prequickeckening (sebelum ada pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah ada pergerakan janin yang dirasakan ibu).

    Fase Pre Quickening

Selama akhir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi segala aspek yang telah terjadi selama hamil. Disini ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang terjadi dan menjadikannya sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan interaksi sosial dengan bayi yang akan dilahirkannya.

Perasaan menolak terhadap sikap negatif dari ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya, kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kaih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini memberikan pengertian bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang penuh kasih sayang kepada anak-anak yang akan dilahirkannya kelak.

    Fase Post Quickening

Setelah ibu hamil merasakan quickening, maka identitas keibuan semakin jelas. Ibu akan fokus pada kehamilannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Terkadang perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Oleh sebab itu, ibu harus diberikan pengertian bahwa dia tidak harus membuang segala peran yang diterima sebelum masa hamilnya.

Pada wanita multi gravida, peran baru menggambarkan bagaimana dia bisa menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana jika dia harus meninggalkan rumah untuk sementara waktu disaat proses persalinan. Pergerakan bayi membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah makhluk hidup yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan fokus pada bayinya.

Bentuk-bentuk reaksi psikologis pada trimester kedua, untuk trimester kedua kehidupan psikologis ibu hamil tampak lebih tenang dan mulai dapat beradaptasi, perhatian mulai beralih pada perubahan bentuk tubuh, kehidupan seksual, keluarga, dan hubungan batiniah dengan bayi yang dikandungnya, serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu, melihat, dan meniru peran ibu. Selain itu, ketergantungan ibu hamil kepada pasangan juga semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehamilannya.

    Rasa Khawatir

Kadang kala ibu khawatir bahwa bayi akan lahir sewaktu-waktu. Hal ini menyebabkan adanya peningkatan kewaspadaan atas timbulnya tanda-tanda persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan menghindari orang atau benda yang dianggap membahayakan bayi. Ibu mulai merasa takut atas rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat melahirkan.



    Perubahan Emosional

Perubahan emosional trimester II terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga dia mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat atau cacat. Rasa kecemasan seperti ini terus meningkat seiring bertambah usia kehamilannya.

    Keinginan untuk Berhubungan seksual

Ada satu lagi perubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi untuk mengatasi ketidaknyamanan ialah peningkatan libido. Kebanyakan calon orang tua khawatir jika hubungan seks dapat memengaruhi kehamilan. Kekhawatiran yang paling sering diajukan ialah kemungkinan bayi diciderai oleh penis, orgasme ibu, atau ejakulasi.

Yang perlu diketahui bahwa hubungan seksual pada masa hamil tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Janin tidak akan terpengaruh karena berada di area belakang serviks dan dilindungi cairan amniotik dalam uterus. Namun dalam beberapa kondisi hubungan seks selama trimester kedua tidak diperbolehkan, mencakup plasenta previa dan ibu dengan riwayat persalinan prematur.

Selain itu mekanisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit dan kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan suami. Namun dengan mengkreasi posisi yang menyenangkan masalah ini bisa diatasi. Walaupun sebagian ibu hamil merasakan seks selama hamil terasa meningkat, tidak semua libido wanita akan meningkat pada trimester kedua. Perubahan tingkat libido disebabkan variasi perubahan hormonal.

Mengenai strategi pemilihan posisi saat berhubungan seks ini sangat beragam, semua tergantung pada kesiapan fisik dan psikis dari kedua pihak. Bagi sebagian perempuan, kehamilan justru meningkatkan dorongan seks, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh. Sementara bagi perempuan yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan seks. Namun, perlu kita ketahui bahwa hubungan seks saat ibu hamil pada dasarnya dipengaruhi kepercayaan yang telah dimiliki kedua pasangan tentang perilaku seksual, kondisi fisik dan emosi (Kusmiyati, 2010).

    Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu HamilTrimester III

Trimester ketiga seringkali disebut periode penantian/menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu, ini menyebabkan ibu mengingatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan. Ibu juga merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal. Ibu bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya, ibu lebih sering bermimpi tentang bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi atau terjebak di suatu tempat kecil dan tidak bisa keluar. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek, sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari pasangannya. disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif). Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester kedua karena abdomen merupakan sebuah penghalang. Posisi alternatif untuk hubungan seksual dan metode alternatif yang memberikan kepuasan seksual mungkin membantu atau malah menimbulkan perasaan bersalah jika ada ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual. Bersikap terbuka dengan pasangan atau konsultasi dengan bidan atau tenaga kesehatan lain adalah hal yang penting. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua, bahkan mereka juga memilih sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkan. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Trimester III merupakan periode penantian/menunggu dan merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua.

Perubahan psikologis pada trimester ketiga, perubahan psikologis ibu hamil periode trimester terkesan lebih kompleks dan lebih meningkat kembali dari trimester sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah atau kehidupan emosi yang fluktuatif.

    Rasa Tidak Nyaman

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan.

    Perubahan Emosional

Perubahan emosional trimester III terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena kehamilan telah mendekati persalinan. Rasa kekhawatirannya terlihat menjelang melahirkan, apakah bayi lahir sehat dan tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran (Sulistyawati, 2009).

    Dampak Perubahan Psikologis Ibu Hamil

    Sensitif

Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif adalah faktor hormon. Reaksi wanita menjadi lebih peka, mudah tersinggung dan gampang marah. Apapun perilaku ibu hamil sering dianggap kurang menyenangkan. Perubahan ini pasti berakhir, jangan sampai perubahan ini merusak hubungan suami istri menjadi tidak harmonis. Oleh sebab itu, keadaan ini sudah sepantasnya dipahami suami dan jangan membalas dengan kemarahan karena akan menambah perasaan tertekan. Perasaan tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan psikis bayi.

    Cenderung Malas

Penyebab wanita hamil cenderung malas tidak begitu saja terjadi, melainkan pengaruh perubahan hormon yang sedang dialaminya. Perubahan hormonal akan mempengaruhi gerakan tubuh ibu, seperti gerakannya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan ini membuat ibu hamil cenderung menjadi malas.

    Minta Perhatian Lebih

Perilaku ibu hamil akan menunjukkan sikap ingin diperhatikan. Terkadang kondisi ini mengganggu, terutama jika pasangannya (suami) kurang memiliki sikap perhatian atau berperilaku temprament. Perlu diketahui bahwa biasanya wanita hamil akan tiba-tiba menjadi orang manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang diberikan suami walaupun sedikit apapun akan berdampak memicu tumbuhnya perasaan aman dan pertumbuhan janin lebih baik.

    Gampang Cemburu

Tidak jarang, sifat cemburu ibu hamil terhadap suami pun mulai tanpa alasan, seperti jika pulang kerja telat sedikit, ibu mulai bertanya macam-macam. Sifat kecemburuannya meningkat. Faktor penyebabnya ialah perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas perubahan penampilan fisiknya. Dia mulai meragukan kepercayaan pada suaminya, seperti takut ditinggalkan suami atau suami pacaran lagi. Suami harus memahami kondisi istri dan melakukan komunikasi terbuka dengan istri.

    Ansietas (Kecemasan)

Ansietas menggambarkan rasa kecemasan, khawatir, gelisah, dan tidak tentram yang disertai dengan gejala fisik. Ansietas merupakan bagian dari respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif yang keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar.

Menurut Reva Rubin selama periode kehamilan hampir sebagian besar ibu hamil sering mengalami kecemasan. Yang membedakannya adalah tingkat kecemasannya. Setiap ibu hamil memiliki tingkat cemas yang berbeda-beda dan sangat tergantung pada sejauh mana ibu hamil itu mempersepsikan kehamilannya.

Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan kondisi kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran kembali, rasa aman dan nyaman selama masa kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua, sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, support keluarga dan support tenaga medis (Sulistyawati, 2009).







    Bentuk-Bentuk Gangguan Psikologis Pada Masa Hamil

    Depresi

Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada 1 dari 4 wanita yang sedang hamil. Kondisi gangguan ini selalu melanda ibu-ibu hamil. Dini Kasdu, dkk (2009) mengatakan bahwa hampir 10% wanita hamil mengalami depresi berat atau ringan. Umumnya depresi sering terjadi dalam trimester pertama.

Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami depresi ialah adanya perasaan sedih atas perubahan kondisi fisiknya, kesulitan berkonsentrasi, akibat jam tidur yang terlalu lama atau sedikit, hilangnya minat dalam melakukan aktifitas yang biasa digemarinya, putus asa, cemas, timbul perasaan tidak berharga dan bersalah, merasa sedih, berkurang atau hilangnya ketertarikan pada aktifitas yang disukai, menurunnya nafsu makan, selalu merasa lelah atau kurang energi serta tidak bisa tidur denga nyenyak. Gejala ini biasanya terjadi selama kurun waktu 1-2 minggu. Pada kasus patologis depresi merupakan reaksi yang ekstrem karena penderitanya sering memiliki delusi ketidakpastian dan perasaan putus asa.

    Stres

Pemikiran yang negatif dan perasaan takut selalu menjadi akar penyabab terjadinya reaksi stres. Stres selama hamil mempengaruhi perkembangan fisiologis dan psikologis bayi yang dikandungnya. Sebaliknya, ibu hamil yang selalu berpikiran sehat dan positif akan membantu pembentukan janin, penyembuhan internal dan memberikan nutrisi psikis yang sehat bagi bayi. Apa yang dipikirkan ibu hamil akan memiliki hubungan fisik dan psikologis terhadap tumbuh kembangnya janin di dalam rahim.





    Insomnia (Sulit Tidur)

Sulit tidur adalah gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau perasaan tidak tenang, kurang tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Gangguan tidur selalu menyerang ibu hamil tanpa alasan yang jelas. Gangguan tidur lebih banyak berkaitan dengan masalah psikis, seperti rasa kekhawatiran. Sulit tidur sering terjadi pada ibu-ibu hamil pertama kali atau kekhawatiran menjelang kelahiran. Gejala-gejala insomnia ibu hamil dilihat dari sulit tidur, tidak bisa memejamkan mata dan sellu terbangun pada dini hari.

    Perasaan Tidak Berarti (Tidak Ada Tujuan)

Ciri-ciri ibu hamil yang mengalami perasaan tidak berarti ialah sikap sinisme, adanya keinginan untuk mengakhiri hidup, mempertanyakan akan penderitaannya, perasaan tidak berguna, gangguan aktifitas seksual dan adanya keinginan untuk terus merusak diri sendiri.

    Perasaan Malu (Bersalah)

Faktor penyebab terjadinya perasaan malu atau bersalah pada ibu hamil ialah dikarenakan adanya keinginan ibu hamil untuk menghapus peristiwa yang pernah terjadi dan berusaha mengulang kembali masa lampaunya.

    Perasaan Kecewa

Faktor-faktor penyebab adanya perasaan kecewa pada ibu-ibu hamil ialah sikap, baik itu tindakan suami atau keluarga besarnya yang dianggap kurang menyenangkan (menyakiti perasaan).

    Tekanan Batin

Penyebab tekanan batin bisa berasal dari akibat perasaan terpisah dengan pasangannya atau dengan orangtuanya, adanya tantangan (konflik) terhadap kebutuhannya, perasaan tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, minimnya kehidupan rohani, rasa bersalah, penderitaan berat, kematian salah satu anggota keluarga, dan reaksi marah kepada Tuhan (Kusmiyati, 2010).

    Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Masa Hamil

    Dukungan Suami

Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri yang hamil lebih mengedepankan sikap untuk saling berkomunikasi yang jujur dan terbuka dan sudah dimulainya sejak awal kehamilan istrinya dan menempatkan nilai-nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua.

    Dukungan Keluarga

Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain, akan tetapi sifat ketergantungan akan lebih besar ketika akan bersalin.

    Tingkat Kesiapan Personal Ibu

Beberapa kesiapan personal ibu yang berkaitan pada masa kehamilannya ialah kemampuannya untuk menyeimbangan perubahan atas kondisi psikologisnya

    Pengalaman Traumatis Ibu

Trauma masa hamil dipengaruhi beberapa faktor, seperti ibu yang suka menyaksikan film horor laga, adegan yang menyeramkan, mengerikan, atau menyedihkan bisa berujung pada pembentukan emosi traumatis, dan sebagainya.

    Tingkat Aktifitas

Tidak ada bukti bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging, bermain tennis, berenang, atau berhubungan seks dapat menimbulkan masalah seperti keguguran atau janin yang cacat (Kusmiyati, 2010).

    Peran Bidan Dalam Persiapan Psikologis Bagi Ibu Hamil

Mempelajari Keadaan Lingkungan Klien

Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan dapat juga menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan pengkajian termasuk latar belakangnya sehingga mudah melakukan asuhan kebidanan.

Memberikan Informasi dan Pendidikan Kesehatan

• mengurangi pengaruh yang negatif

• memperkuat pengaruh yang positif

• adaptasi pada lingkungan tempat bersalin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar