A. BOUNDING
ATTACHMENT
Pengertian
Bounding merupakan suatu langkah awal untuk mengungkapkan
perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir.
Attachment merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang
waktu. (Saxton. N and Pelikan, 1996).
Jadi Bounding Attachment adalah kontak awal antara ibu dan
bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar
interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang
diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan batin antara orang tua
dan bayinya.
Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi
secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam
pertama segera bayi setelah lahir.
Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik
fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang
terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan
emosi dan fisik yang akrab.
Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah
untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya
segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu.
Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan
antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih
sayang di antara individu.
Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat
antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan
suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau
membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan
dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan
kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara
langsupg antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III
sampai dengan post partum.
Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
Tahap-Tahap Bounding Attachment
Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
Bounding (keterikatan)
Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan
individu lain.
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan
ialah perkenalan.
Elemen-Elemen Bounding Attachment
Sentuhan-Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara
ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali
bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
Kontak mata-Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan meng gunakan lebih banyak
waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak
mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
Suara-Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua
dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan
tegang.
Aroma-Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang
unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
Entrainment-Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan
struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, me ngangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara
orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini
berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu
pola komunikasi efektif yang positif.
Bioritme-Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat
dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi
baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu
proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan
waktu saat bayi mengem bangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
Kontak dini-Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang
menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk
hubungan orang tua-anak.
Prinsip-Prinsip Dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
Sentuhan orang tua pertama kali.
Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan
orang tua. ke anak.
Kesehatan emosional orang tua.
Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
Persiapan PNC sebelumnya.
Adaptasi.
Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat
anak.
Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
Fasilitas untuk kontak lebih lama.
Penekanan pada hal-hal positif.
Perawat maternitas khusus (bidan).
Libatkan anggota keluarga lainnya atau dukungan sosial dari
keluarga, teman dan pasangan.
Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
Keuntungan Bounding Attachment
Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan
sikap sosial.
Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan
fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
Reflek menghisap dilakukan dini.
Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body
warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hor monal).
Hambatan Bounding Attachment
Kurangnya support sistem.
Ibu dengan resiko (ibu sakit).
Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan
cacat fisik).
Bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan premature, sakit dan
cacat kurang mendapatkan kasih sayang dari ibunya karena kondisi belum cukup
viable (kelangsungan hidup terus) dan belum cukup untuk menyesuaikan diri
dengan ekstra uterin, bahkan bayi diletakkan dalam inkubator atau terpisah dari
ibu sampai bayi dapat hidup sebagai individu yang mandiri.
Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Respon Antara Ibu Dan Bayi Sejak Kontak Awal Hingga Tahap
Perkembangannya
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih
sayang ibu dengan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologi
dan fisiologi. Ikatan ibu dan anak dimulai sejak anak belum dilahirkan dengan
suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh
sebagai individu. Sesudah lahir sampai minggu-minggu berikutnya, kontak visual
dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan satu sama lain.
Adapun interaksi yang menyenangkan tersebut dapat berupa :
1. Touch
(Sentuhan)
Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa
bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka
perabaan digunakan untuk membelai tubuh, dan mungkin bayi akan dipeluk di
lengan ibu, gerakan dilanjutkan sebagai usapan lembut untuk menenangkan bayi,
bayi akan merapat pada payudara ibu, menggenggam satu jari atau seuntai rambut
dan terjadilah ikatan antara keduanya.
2. Eye to Eye
Contact (Kontak Mata)
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian
dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan
dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan
manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian kepada suatu obyek,
satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan
pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan.
Dengan demikian perlu diperhatikan dalam praktek kesehatan,
adanya faktor-faktor yang dapat menghambat proses tersebut, misalnya untuk
pemberian salep atau tetes mata pada bayi dapat ditunda beberapa waktu sehingga
tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi.
3. Odor (Bau
Badan)
Indra penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan
baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola
bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersama dengan
semakin dikenalnya bau itu, si bayi pun berhenti bereaksi. Pada akhir minggu
pertama, seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau tubuh dan air susu
ibunya. Indra penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat
memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.
4. Body Warm
(Kehangatan Tubuh)
Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan
dapat langsung meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua
dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini
memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi yaitu terjadinya kontak
kulit yang membantu agar bayi tetap hangat.
5. Voice (Suara)
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang
tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut, ibu
menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat
mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan
suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara -suara
itu terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat
pada telinga. Banyak penelitian memperlihatkan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan
hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja, dan mereka
nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada
yang lain contoh suara detak jantung ibu.
6. Entrainment
(Gaya Bahasa)
Bayi yang baru lahir menemukan perubahan struktur
pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa
dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi.
Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam
memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik
positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
7. Biorhythmicity
(Irama Kehidupan)
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan
irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi
setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat
membantu proses ini dengan mem berikan perawatan penuh kasih sayang secara
konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi, untuk mengembangkan
respon bayi dan interaksi sosial serta kesem patan untuk belajar.
Tehnik Dan Instrumen Pengkajian Bounding Attachment
Tehnik untuk mengkaji interaksi orang tua dan bayi antara
lain dengan anamnesa atau interview, observasi, dan mendengarkan.
Stainton (1981) telah merancang suatu alat untuk menskor
pengkajian terhadap interaksi orang tua-bayi, untuk digunakan pada periode post
partum. Alat ini berkaitan dengan perubahan respon -respon ibu dan ayah dimulai
dari pertama mereka kontak setelah persalinan sampai dengan keseluruhan masa
awal puerperium.
Hasil observasi berupa score dengan range sebagai berikut :
Score 0-4 : kebutuhan support untuk proses bonding bersifat
intensif.
Score 5-7 : kebutuhan support untuk bonding bersifat ekstra
Score 8-10 : kebutuhan support untuk bonding bersifat
biasa-biasa saja.
Penskoran ini didasarkan atas jumlah dan jenis perilaku
afeksi yang ditunjukkan oleh ibu selama berinteraksi dengan bayinya.
B. RESPON AYAH DAN
KELUARGA
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan,
terutama bila hal ini merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah,
ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang.
Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari
tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak
terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk sementara
ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perawatan anak dan pemeliharaan aktivitas
rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari
pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya
dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selama 9
bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu
persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Di
satu pihak, sang ayah mungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan
tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.
Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat
lega dan juga gembira serta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan
komitmen dan cinta membanjir ke permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang
ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga
merasakan penghargaan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada
sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat bayi
ini salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin.
Misalnya, saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di
dalam ruang rawat gabung sampai waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Ini akan
membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif.
Ayah akan mengenal bayinya dari permulaan juga memungkinkan ayah berbagi
pengalaman emosional dengan istrinya.
Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan
harus membantu memakaikan popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan
dengan sterotype kuno, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.
Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu
melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya
ayah yang bersedia mengurus rumah tangga hanya untuk menye nangkan istrinya
saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan perasaan bahwa
sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu merawat anak dan
rumah tangga sehari-hari.
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir,
berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi
emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah
pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan Iain-Iain. Respon yang mereka
perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan
bahagia.
Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi
dengan baik.
Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
Kelahiran bayi tidak diinginkan keluarga karena jenis
kelamin yang tidak sesuai keinginan.
Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan
ayah merasa kurang mendapat perhatian.
Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau
kekhawatiran dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir
cacat.
Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga
menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih
sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:0
1. Perilaku
Memfasilitasi
Menatap, mencari ciri khas anak.
Kontak mata.
Memberikan perhatian.
Menganggap anak sebagai individu yang unik.
Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
Memberikan senyuman.
Berbicara atau bernyanyi.
Menunjukkan kebanggaan pada anak
Mengajak anak pada acara keluarga
Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak
Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
2. Perilaku
Penghambat
Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya,
menghindar, menolak untuk menyentuh anak.
Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain,
tidak memberikan nama pada anak.
Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
Tidak menggenggam jarinya.
Terburu-buru dalam menyusui.
Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi
kebutuhannya.
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor,
yaitu:
1. Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika,
kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka,
moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait,
pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama kehamilan
(mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi
orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan).
2. Faktor
Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang
diterima selama kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku
pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama
dan hari-hari dalam kehidupannya.
Kondisi yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
Kurang kasih sayang
Persaingan tugas sebagai orang tua
Orangtua yang sudah berpengalaman merawat anak-anaknya yang
terdahulu, dengan mengikuti kursus-kursus yang diberikan dalam klinik sebelum
kelahiran atau pernah menjaga anak tetangga, lebih yakin dalam melaksanakan
peran orangtua daripada mereka yang tidak mempunyai pengalaman seperti itu.
Pengalaman melahirkan
Sikap ibu pada bayi akan lebih menyenangkan kalau pengalaman
melahirkan relative lebih mudah daripada pengalaman melahirkan yang lama, sukar
dan disertai komplikasi fisik. Sikap ayah juga dipengaruhi oleh pengalaman
melahirkan dari istrinya.
Kondisi fisik ibu setelah melahirkan
Semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah melahirkan,
semakin menyenangkan sikapnya terhadap bayi dan semakin yakin ia pada kemampuan
untuk melaksanakan peran ibu secara memuaskan.
Cemas tentang biaya
Kalau terjadi komplikasi pada persalinan, seperti pembedahan
caecar, kelahiran belum cukup umur yang memerlukan perawatan khusus dan harus
lebih lama di rumah sakit, atau adanya cacat bawaan atau cacat yang tampak pada
waktu dilahirkan, maka sikap orangtua akan dibayangi kecemasan mengenai biaya
yang tidak terduga.
Cacat atau kelainan pada bayi
Kalau ternyata bayi menderita cacat, sikap orangtua akan
diwarnai ;. oleh kekecewaan, kegelisahan, tentang normal atau tidaknya bayi di
masa mendatang dan tentang biaya tambahan yang diakibatkan kecacatan itu.
Penyesuaian diri bayi pasca natal
Semakin cepat dan semakin banyak penyesuaian diri bayi pada
lingkungan pascanatal maka sikap orangtua akan semakin menyenangkan.
Tangisan Bayi
Bayi yang terus menangis dan tanpa disertai sebab-sebab yang
jelas akan mendorong berkembangnya sikap-sikap yang kurang menye nangkan tidak
saja pada orangtua tetapi juga pada semua anggota keluarga.
Kebencian orang tua terhadap perawatan, privasi, dan biaya
pengeluaran
Kalau orangtua menghadapi kenyataan bahwa perawatan bayi
menuntut lebih banyak pekerjaan, menimbulkan kekurangan dan harus mengeluarkan
biaya lebih banyak daripada yang dibayangkan sebelumnya. Sikap mereka pada bayi
akan kurang menyenangkan dibandingkan dengan kalau mereka telah mempersiapkan
diri untuk menghadapi kondisi yang biasanya dihadapi orangtua.
Gelisah tentang kenormalan bayi
Kalau bayi harus tinggal lebih lama di rumah sakit daripada
biasanya karena belum cukup umur, karena adanya cacat atau karena kesulitan
dalam penyesuaian pascanatal, orangtua tidak hanya gelisah tentang kenormalan
bayinya tetapi juga mengenai kemampuan mereka untuk merawatnya setelah
meninggalkan rumah sakit.
Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi
Kalau Bayi harus lebih lama tinggal di rumah sakit daripada
biasanya dan harus diberi perhatian khusus, orangtua menjadi gelisah tentang
kelangsungan hidup bayi. Kalau bayi berhasil hidup, orangtua cenderung sangat
melindungi.
Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan
kekerasan pada anak.
C. SIBLING RIVALRY
Sibling rivalry adalah persaingan antara saudara kandung
dalam memperebutkan perhatian dan kasih sayang orangtua. Sibling rivalry
menjadi fenomena tersendiri, karena sejatinya kita adalah makhluk sosial yang
menuntut manusia hidup berkelompok dan bermasyarakat. Meskipun ruang lingkupnya
kecil, keluarga adalah kumpulan orang, persaingan antara saudara kandung
otomatis tidak bisa di hindarkan, baik positif ataupun negatif.
Persaingan adalah sesuatu yang alamiah, bagi anak-anak ini
semacam permainan, sedangkan bermain adalah proses pembelajaran anak tentang
kehidupan. Sibling rivalry menjadi momen untuk mempelajari kebersamaan,
keadilan, kelapangan hati untuk memaafkan.
Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat
menimbulkan situasi krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu
dipersiapkan.
Pengertian Sibling Rivalry
Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling
(anglosaxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama,
seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan
kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua
orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan
pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi
pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih. Sibling rivalry atau
perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi
anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat
mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar
anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,
sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau
mendengarkan dari orang tua mereka.
Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam
oleh kedatangan anggota keluarga baru atau bayi.
Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat
mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga
memulai pertengkaran.
Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan
perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak
yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan
anggota keluarga.
Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang
terjadi pada mereka.
Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif
tetapi ada segi positifnya, antara lain:
Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan
mengembangkan beberapa keterampilan penting.
Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai,
maka orang tua harus menjadi fasilitator.
Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk
mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara
lain:
Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing
antara satu sama lain.
Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika
konflik biasa terjadi.
Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk
mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua
orang.
Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan
kebebasan mereka sendiri.
Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat
tanda-tanda akan kekerasan fisik.
Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada
anak-anak, bukan untuk anak-anak.
Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak
menyalahkan satu sama lain.
Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat
anak.
Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari
perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk
menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki
atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya
anak-anak kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan
persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku
negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini.
Tingkah laku ini antara lain berupa:
Masalah tidur.
Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota
keluarga lain.
Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti:
ngompol dan menghisap jempol.
Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah
tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan
ini antara lain:
Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu
sebelum kelahiran.
Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan
menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang
ditunjukkan oleh anaknya.
Memperkuat kasih sayang terhadap anaknya.
Anak yang Lebih Tua
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan
pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan
perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi.
Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula,
kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh
adiknya.
Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat
perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran anggota
baru, tetapi ada juga yang larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi
yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam
keluarganya, misalnya:
Berkurangnya ikatan kepada orang tua.
Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.
Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu
kegiatan mereka sendiri.
Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.
Peran Bidan
Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:
Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi
dalam jam pertama pasca kelahiran.
Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan
respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar