Minggu, 07 Juni 2015

LINGKUP ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN ANAK BALITA


A. Bayi Baru Lahir Normal

Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik.

Tujuan asuhan pada bayi baru lahir ini adalah memberikan asuhan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat masih di ruang rawat serta mengajarkan kepada orang tua dan memberi motivasi agar menjadi orang tua yang percaya diri. Setelah kelahiran, akan terjadi serangkaian perubahan tanda-tanda vital dan tampilan klinis jika bayi reaktif terhadap proses kelahiran.

Periode Transisional

Periode transisional ini dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode pertama reaktivitas, fase tidur dan periode kedua reaktivitas. Karakteristik masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir ke arah mandiri.

Pada beberapa jam pertama kehidupan bayi, perlu dilakukan beberapa asuhan, antara lain: memantau tanda-tanda vital, menimbang berat badan dan mengukur panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada, melakukan pengkajian usia gestasi bayi dalam 4 jam pertama kehidupan bayi, dilihat dari karakteristik fisik eksternal dan keadaan neuromuskuler bayi.

Periode Pertama Reaktivitas

Periode pertama reaktivitas berakhir pada 30 menit pertama setelah kelahiran, Karakteristik pada periode ini, antara lain: denyut nadi apikal berlangsung cepat dan irama tidak teratur, frekuensi pernapasan mencapai 80 kali permenit, irama tidak teratur dan pada beberapa bayi baru lahir, hiper pernapasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur dan adanya retraksi. Terjadi fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis. Tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi memiliki sejumlah mukus, menangis kuat, refleks menghisap kuat. Pada periode ini, mata bayi terbuka lebih lama dari hari-hari sesudahnya, sehingga merupakan waktu yang tepat untuk memulai proses perlekatan, karena bayi dapat mempertahankan kontak mata dalam waktu lama.

Pada periode ini, bayi membutuhkan perawatan khusus, antara lain: mengkaji dan memantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila 36,5-37,5°C), menempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit untuk memfasilitasi proses perlekatan, menunda pemberian tetes mata profilaksis 1 jam pertama.

Periode Kedua Reaktivitas

Periode kedua reaktivitas ini berakhir sekitar 4-6 jam setelah kelahiran. Karakteristik pada periode ini, adalah: bayi memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Frekuensi nadi apikal berkisar 120-160 kali permenit, frekuensi pernapasan berkisar 30-60 kali permenit. Terjadi fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai bercak-bercak. Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekoneum pada periode ini. Terjadi peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pada saat sekresi. Refleks mengisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif.

Kebutuhan asuhan bayi pada periode ini, antara lain: memantau secara ketat kemungkinan bayi tersedak saat mengeluarkan mukus yang berlebihan, memantau setiap kejadian apnea dan mulai melakukan metode stimulasi/rangsangan taktil segera, seperti mengusap punggung, memiringkan bayi serta mengkaji keinginan dan kemampuan bayi untuk mengisap dan menelan.

Periode Pascatransisional

Pada saat bayi telah melewati periode transisi, bayi dipindah ke ruang bayi normal/rawat gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal umumnya mencakup: pengkajian tanda-tanda vital (suhu aksila, frekuensi pernapasan, denyut nadi apikal setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian asi on demand, mengganti popok serta menimbang berat badan setiap 24 jam. Selain asuhan pada periode transisional dan pascatransisional, asuhan bayi baru lahir juga diberikan pada bayi berusia 2-6 hari, serta bayi berusia 6 minggu pertama.

B. Bayi Baru Lahir Bermasalah

Asuhan pada bayi baru lahir bermasalah, diberikan kepada bayi baru lahir dengan masalah-masalah berikut ini: bercak nongol, hemangioma, ikterus, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rush, sebhorroe, bisulan, milliariasis, diare, obstipasi, infeksi, serta bayi meninggal mendadak.

C. Kelainan-kelainan pada Bayi Baru Lahir

Asuhan pada bayi baru lahir dengan kelainan, diberikan kepada bayi baru lahir dengan kelainan-kelainan bawaan berikut ini hidrosefalus, meningokel, ensefalokel, labioskiziz, labiopalatoskiziz, hernia diafragmatika, atresia esofagus, atresia duodeni, obstruksi biliaris, kelainan metabolik dan endokrin, omfalokel, hirsprung, atresia rekti, atresia ani, fimosis, serta hipospadia.

D. Trauma pada Bayi Baru Lahir

Asuhan pada neonatus dengan trauma, diberikan kepada bayi baru lahir dengan trauma persalinan, antara lain sebagai berikut: caput susedaneum, cephal haematoma, trauma fleksus brakhialis, serta fraktur klavikula dan fraktur humeri.

E. Neonatus Berisiko Tinggi

Asuhan pada neonatus berisiko tinggi, diberikan kepada bayi baru lahir dengan keadaan-keadaan berikut ini: asfiksia neonatorum, ikterus, sindrom gangguan nafas, perdarahan tali pusat, kejang, tetanus neonatorum, BBLR, hipotermi, hipertermi, hipoglikemi dan penyakit yang diderita ibu selama kehamilan.

F. Kegawatdaruratan

Semua bayi baru lahir harus dinilai tanda-tanda kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai satu atau tanda-tanda sebagai berikut: sesak nafas, frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit, tampak retraksi dinding dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum.

Tanda-tanda bayi sakit berat/mengalami kegawatan, adalah apabila pada bayi baru lahir terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut: bayi sulit minum, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang kecil-kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, serta berat badan lahir kurang dari 1500 gram.

G. Neonatus, Bayi dan Anak balita dengan Penyakit yang Lazim Terjadi

Saat ini telah dikembangkan suatu bentuk pengelolaan bayi dan anak balita yang mengalami sakit, yaitu manajemen terpada balita sakit (MTBS). Manajemen ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Bentuk pengelolaan ini dapat dilakukan di pelayanan tingkat pertama, seperti unit rawat jalan, puskesmas, polindes dan lain-lain. Pengelolaan ini bersifat terpadu, karena dilaksanakan secara bersama, meliputi manajemen anak, sakit, pemberian nutrisi, imunisasi, pencegahan penyakit dan promosi tumbuh kembang anak.

Pengelolaan balita sakit dalam MTBS ini meliputi: 1) Penilaian adanya tanda dan gejala suatu penyakit dengan cara bertanya, melihat, mendengar, meraba attau dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. 2) Membuat klasifikasi dengan menentukan tingkat kegawatan suatu penyakit bukan untuk menentukan diagnosis suatu penyakit tetapi untuk menentukan tindakan. 3) Menentukan tindakan dan pengobatan di fasilitas kesehatan, membuat resep, mengajari ibu tentang obat dan tindakan yang harus dilakukan di rumah. 4) Memberikan konseling dengan menilai pemberian makan dan kapan anak harus kembali ke fasilitas kesehatan. 5) Pelayanan tindak lanjut pada kunjungan ulang.

Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam dua kategori, yaitu MTBS untuk bayi muda (usia 1 hari sampai 2 bulan) dan MTBS untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar