A. Bayi Baru Lahir Normal
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami
sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan
masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru
lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya
menjalani masa transisi dengan baik.
Tujuan asuhan pada bayi baru lahir ini adalah memberikan
asuhan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat masih di ruang rawat serta
mengajarkan kepada orang tua dan memberi motivasi agar menjadi orang tua yang
percaya diri. Setelah kelahiran, akan terjadi serangkaian perubahan tanda-tanda
vital dan tampilan klinis jika bayi reaktif terhadap proses kelahiran.
Periode Transisional
Periode transisional ini dibagi menjadi tiga periode, yaitu
periode pertama reaktivitas, fase tidur dan periode kedua reaktivitas.
Karakteristik masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir ke
arah mandiri.
Pada beberapa jam pertama kehidupan bayi, perlu dilakukan
beberapa asuhan, antara lain: memantau tanda-tanda vital, menimbang berat badan
dan mengukur panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada, melakukan
pengkajian usia gestasi bayi dalam 4 jam pertama kehidupan bayi, dilihat dari
karakteristik fisik eksternal dan keadaan neuromuskuler bayi.
Periode Pertama Reaktivitas
Periode pertama reaktivitas berakhir pada 30 menit pertama
setelah kelahiran, Karakteristik pada periode ini, antara lain: denyut nadi
apikal berlangsung cepat dan irama tidak teratur, frekuensi pernapasan mencapai
80 kali permenit, irama tidak teratur dan pada beberapa bayi baru lahir, hiper
pernapasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur dan adanya retraksi. Terjadi
fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis. Tidak ada bising usus dan
bayi tidak berkemih. Bayi memiliki sejumlah mukus, menangis kuat, refleks
menghisap kuat. Pada periode ini, mata bayi terbuka lebih lama dari hari-hari
sesudahnya, sehingga merupakan waktu yang tepat untuk memulai proses
perlekatan, karena bayi dapat mempertahankan kontak mata dalam waktu lama.
Pada periode ini, bayi membutuhkan perawatan khusus, antara
lain: mengkaji dan memantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit
pada 4 jam pertama setelah kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat (suhu
aksila 36,5-37,5°C), menempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit untuk
memfasilitasi proses perlekatan, menunda pemberian tetes mata profilaksis 1 jam
pertama.
Periode Kedua Reaktivitas
Periode kedua reaktivitas ini berakhir sekitar 4-6 jam
setelah kelahiran. Karakteristik pada periode ini, adalah: bayi memiliki
tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan.
Frekuensi nadi apikal berkisar 120-160 kali permenit, frekuensi pernapasan
berkisar 30-60 kali permenit. Terjadi fluktuasi warna kulit dari warna merah
jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai bercak-bercak. Bayi sering
berkemih dan mengeluarkan mekoneum pada periode ini. Terjadi peningkatan
sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pada saat sekresi. Refleks mengisap bayi
sangat kuat dan bayi sangat aktif.
Kebutuhan asuhan bayi pada periode ini, antara lain:
memantau secara ketat kemungkinan bayi tersedak saat mengeluarkan mukus yang
berlebihan, memantau setiap kejadian apnea dan mulai melakukan metode
stimulasi/rangsangan taktil segera, seperti mengusap punggung, memiringkan bayi
serta mengkaji keinginan dan kemampuan bayi untuk mengisap dan menelan.
Periode Pascatransisional
Pada saat bayi telah melewati periode transisi, bayi
dipindah ke ruang bayi normal/rawat gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru
lahir normal umumnya mencakup: pengkajian tanda-tanda vital (suhu aksila,
frekuensi pernapasan, denyut nadi apikal setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap
8 jam, pemberian asi on demand, mengganti popok serta menimbang berat badan
setiap 24 jam. Selain asuhan pada periode transisional dan pascatransisional,
asuhan bayi baru lahir juga diberikan pada bayi berusia 2-6 hari, serta bayi
berusia 6 minggu pertama.
B. Bayi Baru Lahir Bermasalah
Asuhan pada bayi baru lahir bermasalah, diberikan kepada
bayi baru lahir dengan masalah-masalah berikut ini: bercak nongol, hemangioma,
ikterus, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rush, sebhorroe, bisulan,
milliariasis, diare, obstipasi, infeksi, serta bayi meninggal mendadak.
C. Kelainan-kelainan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan pada bayi baru lahir dengan kelainan, diberikan
kepada bayi baru lahir dengan kelainan-kelainan bawaan berikut ini
hidrosefalus, meningokel, ensefalokel, labioskiziz, labiopalatoskiziz, hernia
diafragmatika, atresia esofagus, atresia duodeni, obstruksi biliaris, kelainan
metabolik dan endokrin, omfalokel, hirsprung, atresia rekti, atresia ani,
fimosis, serta hipospadia.
D. Trauma pada Bayi Baru Lahir
Asuhan pada neonatus dengan trauma, diberikan kepada bayi
baru lahir dengan trauma persalinan, antara lain sebagai berikut: caput
susedaneum, cephal haematoma, trauma fleksus brakhialis, serta fraktur
klavikula dan fraktur humeri.
E. Neonatus Berisiko Tinggi
Asuhan pada neonatus berisiko tinggi, diberikan kepada bayi
baru lahir dengan keadaan-keadaan berikut ini: asfiksia neonatorum, ikterus,
sindrom gangguan nafas, perdarahan tali pusat, kejang, tetanus neonatorum,
BBLR, hipotermi, hipertermi, hipoglikemi dan penyakit yang diderita ibu selama
kehamilan.
F. Kegawatdaruratan
Semua bayi baru lahir harus dinilai tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan
sakit apabila mempunyai satu atau tanda-tanda sebagai berikut: sesak nafas,
frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit, tampak retraksi dinding dada,
malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir
rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum.
Tanda-tanda bayi sakit berat/mengalami kegawatan, adalah
apabila pada bayi baru lahir terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut: bayi sulit minum, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung,
periode apneu, kejang/periode kejang kecil-kecil, merintih, perdarahan, sangat
kuning, serta berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
G. Neonatus, Bayi dan Anak balita dengan Penyakit yang Lazim
Terjadi
Saat ini telah dikembangkan suatu bentuk pengelolaan bayi
dan anak balita yang mengalami sakit, yaitu manajemen terpada balita sakit
(MTBS). Manajemen ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta
kualitas pelayanan kesehatan anak. Bentuk pengelolaan ini dapat dilakukan di
pelayanan tingkat pertama, seperti unit rawat jalan, puskesmas, polindes dan
lain-lain. Pengelolaan ini bersifat terpadu, karena dilaksanakan secara
bersama, meliputi manajemen anak, sakit, pemberian nutrisi, imunisasi,
pencegahan penyakit dan promosi tumbuh kembang anak.
Pengelolaan balita sakit dalam MTBS ini meliputi: 1)
Penilaian adanya tanda dan gejala suatu penyakit dengan cara bertanya, melihat,
mendengar, meraba attau dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. 2)
Membuat klasifikasi dengan menentukan tingkat kegawatan suatu penyakit bukan
untuk menentukan diagnosis suatu penyakit tetapi untuk menentukan tindakan. 3)
Menentukan tindakan dan pengobatan di fasilitas kesehatan, membuat resep,
mengajari ibu tentang obat dan tindakan yang harus dilakukan di rumah. 4)
Memberikan konseling dengan menilai pemberian makan dan kapan anak harus
kembali ke fasilitas kesehatan. 5) Pelayanan tindak lanjut pada kunjungan
ulang.
Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam dua kategori,
yaitu MTBS untuk bayi muda (usia 1 hari sampai 2 bulan) dan MTBS untuk anak
usia 2 bulan sampai 5 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar