3.1. Faktor
Fisik
Wanita hamil akan mengalami perubahan fisik selama
kehamilannya, dimana perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi terhadap
pertumbuhan janin dalam rahim dan dapat juga dipengaruhi oleh hal-hal yang
berhubungan dengan fisik ibu sebelum dan selama hamil.
3.1.1.
Status Kesehatan
Status kesehatan wanita hamil akan berpengaruh pada
kehamilan. Kesehatan ibu selama hamil
akan memengaruhi kehamilannya dan memengaruhi tumbuh kembang zigot, embrio dan
janin termasuk kenormalan letak janin
a.
Faktor Usia
1) Segi
negatif kehamilan di usia tua
a)
Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat
menentukan proses kelahirannya. Hal ini turut memengaruhi kondisi janin.
b) Pada
proses pembuahan, kualitas sel telur perempuan pada usia ini telah menurun jika
dibandingkan dengan sel telur pada perempuan dengan usia reproduksi sehat
(25-30 tahun)
Jika pada proses pembuahan, ibu mengalami gangguan
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan perkemihan dan perkembangan buah
kehamilan, maka kemungkinan akan menyebabkan terjadinya Inta Uterine Growth
Retardation (IUGR) yang berakibat bayi berat lahir rendah (BBLR).
c)
Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu. Jika
ibu mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua (hamil pertama dengan
usia lebih dari 40 tahun), keadaan ini harus benar-benar diwaspadai.
2) Segi
positif hamil di usia tua
a)
Kepuasan peran sebagai ibu
b) Merasa
lebih siap
c)
Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik
d) Rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan
e) Mampu
mengambuil keputusan
f) Karir
baik, status ekonomi lebih baik
g)
Perkembangan intelektual anak lebih tinggi
h)
Periode menyusui lebih lama
i)
Toleransi pada kelahiran lebih besar
b.
Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah diderita ibu dapat memengaruhi
kehamilannya. Sebagai contoh penyakit
yang akan memengaruhi dan dapat dipicu dengan adanya kehamilan adalah :
1.
Hipertensi
2.
Penyakit Jantung
3.
Diabetes Mellitus
4. Anemia
5.
Penyakit Menular Seksual
c.
Kehamilan ganda (Multiple)
Pada kasus kehamilan multiple atau kehamilan lebih
dari satu janin, biasanya kondisi ibu lemah.
Ini disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus ditanggung, baik dari
pemenuhan nutrisi, oksigen dan lain-lain.
Biasanya kehamilan multiple mengindikasikan adanya beberapa penyulit
pada proses persalinannya, sehingga persalinan operatif (sectio caesaria) lebih
dipertimbangkan. Dengan demikian jika
dilihat dari segi biaya, proses persalinan dari kehamilan multiple akan lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kehamilan tunggal mengingat adanya kemungkinan
terjadinya persalinan secara SC. Selain
itu risiko adanya kematian dan cacat juga harus dipertimbangkan.
Ketika
bayi sudah lahir, kemungkinan ketegangan dalam merawat bayi akan terjadi karena
itu harus berkonsentrasi dua kali lipat dari pada bayi tunggal, namun adanya
keunikan-keunikan akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi keluarga.
d.
Kehamilan dengan HIV
Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin
akan menjadi sangat
rentan terhadap penularan selama proses
kehamilannya. Virus HIV kemungkina besar
akan ditransfer melalui plasenta ke dalam tubuh bayi.
3.1.2.
Status gizi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat
mutlak dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu
untuk menghadapi persalinan dengan aman.
Selama proses kehamilan bayi sangat membutuhkan
zat-zat penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Penting bagi bidan untuk
memberikan informasi ini kepada ibu karena terkadang pasien kurang
memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Biasanya masyarakat di era
sekarang ini lebih mementingkan selera dengan mengabaikan kualitas makanan yang
dikonsumsi.
Pemenuhan gizi seimbang selama hamil akan
meningkatkan kondisi kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam menghadapi masa
nifas sebagai modal awal untuk menyusui.
3.1.3.
Gaya hidup
Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup
masyarakat sekarang ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan
kesehatan seorang wanita hamil, misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh
dengan berkendara motor dan lain-lain.
Gaya hidup ini akan mengganggu kesejahteraan bayi
yang dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.
a.
Substance abuse
Beberapa jenis obat-obatan bisa menghambat
terjadinya kehamilan atau membahayakan bayi dalam kandungan. Jika ibu minum
obat secara teratur, misalnya untuk mengatasi epilepsy atau diabetes, mintalah
nasihat dokter saat memutuskan untuk hamil. Aspirin dan sulfanilamide cukup
aman pada awal kehamilan, namun banyak yang belum diketahui mengenai efek
jangka panjang pada janin. Hindari obat-obatan yang diduga membahayakan.
b.
Perokok
Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan diri
sendiri dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang dihisap
melalui rokok bisa ditransfer melalui plasenta ke dalam tubuh bayi. Pada ibu
hamil dengan perokok berat kita harus waspada akan risiko keguguran, kelahiran
premature, BBLR bahkan kematian janin.
c. Hamil
di luar nikah/ kehamilan tidak diharapkan
Jika kehamilan tidak diharapkan, secara otomatis ibu
akan sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan untuk melakukan
hal-hal positif yang akan meningkatkan kesehatan bayinya. Pada kasus ini kita
waspada akan adanya keguguran, premature dan kematian janin. Pada kehamilan di
luar nikah, hampir bisa dipastikan bahwa pasangan masih belum siap dalam hal
ekonomi. Selain itu kekurangsiapan ibu untuk merawat bayi juga perlu diwaspadai
agar tidak terjadi postpartum blues.
3.2. Faktor
Psikologis
1.
Stresor Internal dan Eksternal
Stressor internal
Stressor internal meliputi factor-faktor pemicu
stress ibu hamil yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis
yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang
nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang
dengan kepribadian yang tidak baik, bergantung pada kondisi stress yang dialami
oleh ibunya, seperti anak yang menjadi temperamental, autis atau orang yang
terlalu rendah diri (minder). Ini tentu saja tidak diharapkan. Oleh karena itu,
pemantauan kesehatan psikologis pasien sangat perlu dilakukan.
Stressor eksternal
Pemicu stress yang berasal dari luar bentuknya sangat bervariasi,
misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, tekanan
dari lingkungan (respon negative dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5
kali), dan masih banyak kasus yang lain.
2.
Support Keluarga
Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami
perubahan baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan
adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi dimana sumber stress terbesar
terjadi dalam rangka melakukan adaptasi terhadap kondisi tertentu.
Dalam menjalani prose situ ibu hamil sangat
membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan
perhatian dan kasih sayang.
3.
Subrainstormingtan Abuse (substance abuse)
Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil
akan sangat membekas dan sangat memengaruhi kepribadiannya. Ini perlu
diperhatikan karena pada klien yang mengalami riwayat ini, tenaga kesehatan
harus lebih maksimal dalam menempatkan diri sebagai teman atau pendamping yang
bisa dijadikan tempat bersandar bagi klien dalam masalah kesehatan. Klien
dengan riwayat ini biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.
4.
Partner Abuse
Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan
terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami. Setiap bentuk kekerasan
yang dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadai oleh tenaga kesehatan
jangan sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan bayinya. Efek
psikologis yang muncul gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien. Sewaktu-waktu
pasien akan mengalami perasaan terancam yang akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
3.3.
Faktorlingkungan, sosbud dan ekonomi
1. Kebiasaan dan Adat Istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat
istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat
menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan local”
yang sudah berlaku di daerah tersebut.Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat
melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh
masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga
kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya
menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali
tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan
respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan
masyarakat.
2.
Fasilitas Kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang
memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi
dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah
antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan
atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).
3.
Ekonomi
Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social
ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang
didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis
mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya
lahir.
Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan
mentalnya sebagai seorang ibu. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu
hamil yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan
kebutuhan primer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar