Masa nifas ( Puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang
dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Masa nifas merupakan masa yang diawali setelah lahirnya plasenta dan berahir
setelah 6 minggu post partum yang memerlukan penangan secara aktif.
PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI
1. Involusi
a. Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot
polos uterus.
b. Proses involusi uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar
uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa
prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan
hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa postpartum
penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya Autolisis.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1). Autolysis
Autolysis merupakan proses pengahancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali
lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai
bukti kehamilan.
2). Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi
pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas
dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium
yang baru.
3). Efek Oksitoksin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah
dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas
luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas
perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali
menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin
biasanya diberikan secara intravena atau intramuskuler segera setelah kepala
bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan
oksitosin karena isapan bayi pada payudara.
c. Bagian Bekas Implantasi Plasenta
1). Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir
seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2). Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis
disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3). Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu
ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
4). Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan
nekrosis bersama dengan lokia.
5). Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis
endometrium.
6). Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum.
d. Perubahan-perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan
memeriksa fundus uteri dengan cara :
1). Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm
dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusatdan menurun kira-kira 1
cm setiap hari.
2). Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri
1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat.
Pada hari 5-7 tinggi undus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10
tinggi fundus uteri tidak teraba.
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam
proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh
infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta / perdarahan lanjut (postpartum
haemorrhage).
2. Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau
amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi.
Proses keluarnya lochea terdiri atas 4 tahapan :
a. Lochea Rubra / Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi)
dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c. Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit dan robeka/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari
ke 14 post partum.
d. Lochea Alba / Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba bisa berlangsung selama 2
sampai 6 minggu postpartum.
Lochea rubra yang menetap pada awal periode postpartum
menunjukkan adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan
tertinggalnya sisa/selaput plasenta. Lochea serosa atau alba yang berlanjut
bisa menandakan adanya endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit
atau nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau
busuk yang disebut dengan lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak
lancer disebut dengan lochea statis.
3. Cervik
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena
robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada
keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri
yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada
perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin.
Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan,
menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum
serviks menutup.
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali
pada sekitar minggu ke 4.
5. Perineum
Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pulihnya tonus otot perineum
terjadi sekitar 5-6 minggu postpartum. Latihan senam nifas baik untuk
mempertahankan elastisitas otot perineum dan organ-organ reproduksi lainnya.
Luka episiotomi akan sembuh dalam 7 hari postpartum. Bila terjadi infeksi, luka
episiotomi akan terasa nyeri, panas, merah dan bengkak.
B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAAN
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.
Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang
berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan , haemorroid,
laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan
diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan
pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain.
C. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri
secepatnya. Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih
yang terjadi selama persalinan. Kadang-kadang oedema dari trigonium menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine. Kandung kemih
dalam puerperium sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih masih tertinggal urine
residual (normal +15cc).
Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi reter dan pyelum normal kembali dalam
waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan
kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air
dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses
katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang
disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim
dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.
D. PERUBAHAN SISTIM MUSCULOSKELETAL
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat
elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada
saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.
Pemulihan dibantu dengan latihan.
E. PERUBAHAN ENDOKRIN
1. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%
dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 postpartum.
2. Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
3. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama
itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan
progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6
minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40%
menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.
Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang
tidak laktasi 50% siklus pertama an ovulasi.
F. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL
1. Suhu Badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5˚C–38˚C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga
suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau sistem
lain. Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38OC pada 2 hari
berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum, kecuali hari pertama dan
suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x sehari.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut
nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh
infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut
bradikardi nifas (puerperal bradycardia). Hal ini terjadi segera setelah
kelahiran dan bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita
semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak per menit.
Sudah banyak alasan - alasan yang diberikan sebagai kemungkinan peyebab, tetapi
belum satupun yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat
atau indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan
kesehatan.
3. Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
4. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
G. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400
cc. Bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dapat dua
kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Apabila
pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria
haemokonentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban
pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kodis pada penderita vitium
cordia. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.
Umumnya hal ini terjadi pada hari ke tiga sampai lima hari post Partum.
H. PERUBAHAN HEMATOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan
darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai
15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa
postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000
atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat
bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah,
volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini
akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama
kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3 - 7 postpartum dan akan
kembali normal dalam 4 - 5 minggu postpartum.
Harrah's Casino & Resort - Mapyro
BalasHapusCompare historical Harrah's 대구광역 출장안마 Casino & 안성 출장샵 Resort real time driving directions and 김포 출장안마 reviews 논산 출장안마 of Harrah's Casino & Resort, including road conditions and driving 보령 출장샵